Thursday 14 May 2009

Profesi

Tahu acara Tukar Nasib Di SCTV? Beberapa kali saya kebetulan lihat acara itu tidak sengaja. Biasaa, TV saya dibiarkan melongo begitu saja dan saya asyik mengerjakan pekerjaan saya sendiri. Maaf bumi, saya ikut menyumbang penyebab global warming. ><

Beberapa waktu lalu saya sempet nonton di mana seorang petinju nasional yang 'tukar nasib' dengan seorang hairdresser. Saya benar-benar tidak setuju dengan acara yang ini!! Tahu kenapa?

Seseorang sudah punya jiwa sendiri dengan profesi yang ia punya. Mana bisa profesi itu ditukar begitu saja dengan orang lain. Ya jelas seorang petinju tidak bisa menjadi seorang hairdresser. Itu memang terlalu ekstrim. Pakai saja contoh, seorang guru belum tentu bisa menjadi seorang manager. Walaupun dua-duanya punya latar belakang pendidikan.

Profesi itu sudah melekat pada jiwa masing-masing orang. Jadi, tidak bisa tukaran profesi begitu saja. Yang ini tukaran profesi dengan yang itu langsung oke sih, mungkin bisa saja terjadi. Tapi kemungkinannya kecil..
Ya kadang profesi memang tergantung dengan taraf hidup orang itu sendiri. Kita tidak bisa membantah hal ini. Orang-orang yang taraf hidupnya menengah ke bawah punya profesi berbeda dengan orang yang taraf hidupnya menengah ke atas. Tapi, profesi mereka masing-masing telah disadari betul oleh orang itu sendiri.
Kalau semua orang mau jadi direktur, bagaimana dunia ini bisa berjalan? Bagaimana kebutuhan-kebutuhan lain bisa terpenuhi?
Misalnya saja pedagang. Tanpa mereka kita bisa beli kebutuhan dari mana? Satpam. Walau terdengar sepele, suatu perkantoran tanpa satpam bakal gimana? Supir. Satu perusahaan, tanpa supir, jadi apa? Koki. Profesinya koki. Kadang orang meremehkan profesi sejenis ini. Tapi kalau emang uda jiwanya, mau bilang apa? Tetap keren kog.=)

Tiap-tiap orang, tiap-tiap profesi sudah punya nilainya sendiri-sendiri. Tinggal kita yang melihat dari mana setiap profesi itu.

God Bless

No comments: