Friday 27 March 2009

Dia

Saya kenal seseorang. Saat itu saya sedang makan dengan dia.
Kami melihat sekumpulan orang yang amat akrab. Mungkin sekitar belasan orang. Saya yakin itu anak-anak angkatan atas. Masing-masing memesan satu makanan. Dan kami melihat, setiap satu pesanan datang, yang lain ngerumunin. Satu pesanan datang lagi, yang lain pada ngerumunin lagi,buat nyicip makanan satu sama lain. Begitu seterusnya.

Dia berkata pada saya,"Enak yah kaya mereka. Udah kaya keluarga, bisa saling nyicip gituan."

Saya juga mau sekali, punya teman yang bisa kaya keluarga sendiri. Yah, bisa dikatakan saya mau berteman dengan dia layaknya keluarga sendiri. Tapi, yang saya lihat dari sikap dia, dia sama sekali tidak bisa berlaku seperti keluarga sendiri terhadap saya. Seperti keluarga sendiri itu, tidak malu-malu saat bersamanya. Bersikap apa adanya. Ini ya ini, itu ya itu. Tanpa banyak pertimbangan.

Dia mau minta sesuatu saja, segan. Padahal sesuatu itu saya punya dan saya pasti rela kok kalo saya kasih ke dia.
Saat saya menawarkan milik saya, dia pasti nolak secara halus. Hampir tiap kali, saya bilang, sok aja kalo mau ambil. Pasti dianya bilang lagi pingin punya dia sendiri. Satu dari sepuluh, dia baru mau.
Kadang saya bayarin dia sesuatu yang kecil, pasti dia selalu hitung dan dikembalikan. Padahal saya sama sekali tidak apa-apa. Saya jadi ngerasa semua yang saya lakukan selalu dia hitung dan dibayar.

Mungkin ini hanya pikiran saya yang terlalu jauh. Tapi, ini membuat saya tidak nyaman. Mengapa saat butuh dan tahu saya punya apa yang dia butuh, dia tidak mau bertanya pada saya. Mengapa dia merasa seolah-olah hidup sendirian dan saya tidak bersedia membantu dia. Begitu segannya kah? huhuu.. Saya jadi merasa bahwa dia menganggap saya seperti orang asing, dan......

No comments: